Mengenal Ritual Budaya Gawi Sia Nusa Tenggara Timur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wuamesu Indonesia menggelar ritual budaya Gawi Sia dalam rangka merayakan HUT ke-8 Perkumpulan Badan Hukum Wuamesu Indonesia dan HUT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke-65. Acara ini digelar di Anjungan NTT TMII Jakarta, Sabtu (1/7/2023).
Acara ini dihadiri oleh 1.000 diaspora Ende Lio Jabodetabek yang turut serta dalam ritual budaya Gawi Sia. Acara ini dibuka oleh Kepala Perwakilan Provinsi NTT di Jakarta, didampingi oleh perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Selain itu, hadir juga perwakilan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan tokoh-tokoh dari Provinsi NTT di Jabodetabek. Ketua Umum Wuamesu Indonesia Yosef Badeoda pun mengungkap makna dari ritual ini. Dia mengatakan ritual budaya tersebut memaknai kesatuan yang juga mencerminkan makna dari Pancasila.
“Maknanya sangat dalam, terkandung nilai ketuhanan, kemanusian, kepemimpinan dan keadilan sosial. Kami percaya Pancasila itu muncul dari gagasan Gawi ini,” kata Yosef di Anjungan NTT TMI, Jakarta, Sabtu (1/7/2023).
Sementara itu, penari Gawi Sia sendiri bertotalkan 500 orang. Mereka semua kompak melakukan ritual tersebut dengan penuh sukacita. Ritual ini dibuka dengan acara Bea Ria Ngama Ngala atau Pekik Kebesaran. Ada pula ritual mengarak miniatur rumah adat NTT sembari diiringi tarian-tarian.
Para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan ini membentuk sebuah lingkaran menjadi lima lapisan. Mereka akan menari sembari diiringi tuturan dari sang pemimpin tarian.
Ritual budaya Gawi Sia sendiri mencerminkan seluruh aspek kehidupan masyarakat penganutnya. Ritual ini dibawakan oleh seorang penutur dan menceritakan riwayat dari ritual ini.
“Penutur akan memantuni perkumpulan ini. Penutur juga mengapresiasi pendiri negara kita Soekarno-Hatta dan nenek moyang kita,” jelas Yosef.
Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan tarian khas Ende Lio yang dibawakan oleh anggota Wuamesu Indonesia, termasuk tarian daerah dan nggo wani, tarian todopare, tarian anafua, dan tarian woge. Tidak hanya itu, panitia juga menyajikan berbagai makanan khas daerah Ende Lio kepada para tamu.
Wuamesu Indonesia berkomitmen untuk menyelenggarakan acara ini secara rutin setiap tahun. Acara ini tidak hanya menjadi sebuah kebanggaan semata, tetapi juga merupakan aktualisasi dari adat dan budaya Ende Lio.
Acara ini dihadiri oleh 1.000 diaspora Ende Lio Jabodetabek yang turut serta dalam ritual budaya Gawi Sia. Acara ini dibuka oleh Kepala Perwakilan Provinsi NTT di Jakarta, didampingi oleh perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Selain itu, hadir juga perwakilan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan tokoh-tokoh dari Provinsi NTT di Jabodetabek. Ketua Umum Wuamesu Indonesia Yosef Badeoda pun mengungkap makna dari ritual ini. Dia mengatakan ritual budaya tersebut memaknai kesatuan yang juga mencerminkan makna dari Pancasila.
“Maknanya sangat dalam, terkandung nilai ketuhanan, kemanusian, kepemimpinan dan keadilan sosial. Kami percaya Pancasila itu muncul dari gagasan Gawi ini,” kata Yosef di Anjungan NTT TMI, Jakarta, Sabtu (1/7/2023).
Sementara itu, penari Gawi Sia sendiri bertotalkan 500 orang. Mereka semua kompak melakukan ritual tersebut dengan penuh sukacita. Ritual ini dibuka dengan acara Bea Ria Ngama Ngala atau Pekik Kebesaran. Ada pula ritual mengarak miniatur rumah adat NTT sembari diiringi tarian-tarian.
Para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan ini membentuk sebuah lingkaran menjadi lima lapisan. Mereka akan menari sembari diiringi tuturan dari sang pemimpin tarian.
Ritual budaya Gawi Sia sendiri mencerminkan seluruh aspek kehidupan masyarakat penganutnya. Ritual ini dibawakan oleh seorang penutur dan menceritakan riwayat dari ritual ini.
“Penutur akan memantuni perkumpulan ini. Penutur juga mengapresiasi pendiri negara kita Soekarno-Hatta dan nenek moyang kita,” jelas Yosef.
Baca Juga
Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan tarian khas Ende Lio yang dibawakan oleh anggota Wuamesu Indonesia, termasuk tarian daerah dan nggo wani, tarian todopare, tarian anafua, dan tarian woge. Tidak hanya itu, panitia juga menyajikan berbagai makanan khas daerah Ende Lio kepada para tamu.
Wuamesu Indonesia berkomitmen untuk menyelenggarakan acara ini secara rutin setiap tahun. Acara ini tidak hanya menjadi sebuah kebanggaan semata, tetapi juga merupakan aktualisasi dari adat dan budaya Ende Lio.
(dra)